Bandung | Setelah sukses melahirkan N-250 Gatotkaca dan
Krincing Wesi pada Agustus 1996, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) di
bawah besutan BJ Habibie pernah berencana melahirkan prototipe pesawat
lebih maju.
Habibie mendesain pesawat penumpang komersial
bermesin jet asli karya Indonesia, yakni N-2130 yang rencananya
beroperasi mulai 2005 lalu. Pesawat N-2130 berpenumpang 130 orang ini
dikonsep memiliki pasar serupa dengan pesawat Boeing seri 737-500 atau
Airbus seri A320.
Direktur Utama PT DI Budi Santoso bercerita,
rencana BJ Habibie kala itu membuat raksasa produsen pesawat dunia yaitu
Boeing dan Airbus ketar-ketir.
"Dikembangkan pasca N-250.
Mungkin kesalahan ini mengembangkan N-2130. Mulai masuk pasarnya Boeing.
Mungkin waktu IMF masuk ke sini, pesan sponsor di sana tolong matikan,"
tutur Budi kepada detikFinance di Kantor Pusat PTDI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jumat (15/2/2013).
Budi
memprediksi, Seandainya waktu itu proyek pesawat jet N-2130 tidak
dikembangkan, pesawat penumpang bermesin propeler yakni N-250, mungkin
tidak akan mangkrak seperti saat ini.
"Kalau ini (Boeing dan
Airbus) terganggu pasarnya. Mulai gunakan politik mematikan. Mungkin
kita kalau nggak bikin N-2130, N-250 bisa jadi (berhasil) karena itu
(N-250) bukan pasarnya perusahaan besar. Bukan pasar Airbus dan Boeing,"
cetusnya.
Hari ini, proyek N-2130 hanya tinggal secarik kertas
yang tak pernah terwujud barangnya. Di ruang pamer pesawat PT DI
terdapat prototipe N-2130 yang belum selesai dikembangkan.
Budi
menuturkan, dengan nilai uang saat ini, biaya mengembangkan N -2130
versi terbaru setidaknya mencapai US$ 6 miliar hingga US$ 10 miliar.
"N-2130
hanya jadi kertas saja. Bikin baru seperi ini (N 2130) perlu US$ 6
miliar-US$ 10 miliar. Itu harga tahun ini, kalau harga tahun itu berbeda
(dulu senilai US$ 2 miliar)," cetusnya
0 komentar:
Posting Komentar